Informasi Floating Market Lembang Bandung, Jawa Barat

Jika sedang mencari destinasi wisata di Lembang untuk liburan sekolah, kamu bisa berkunjung ke Floating Market. Wisata ikonik ini berada di Jalan Grand Hotel No 33E, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Lembang merupakan salah satu tujuan wisata favorit para turis ketika liburan ke Bandung. Sebab, ada banyak sekali objek wisata di sana, salah satunya yang wajib didatangi adalah Floating Market Lembang. Sebab, ada banyak sekali wahana dan kuliner lezat di Floating Market Lembang.

Tempat ini menyajikan berbagai wahana rekreasi, mulai dari wisata kuliner di pasar terapung, wisata alam, wisata air, sampai berbagai wahana permainan yang dapat dimainkan oleh anak sampai orang dewasa Jika di Kota Bandung seseorang dapat melihat bangunan-bangunan ala Eropa yang eksotis, maka di Kabupaten Bandung seseorang akan menemukan surganya keindahan alam. Maka tak heran jika Bandung menawarkan beragam destinasi wisata yang menarik bagi para wisatawan yang berkunjung. Salah satu yang wajib dikunjungi adalah Floating Market Lembang.

Jam Operasional Floating Market Lembang

Floating Market Lembang buka setiap hari dari Senin-Minggu. Namun, Floating Market Lembang menerapkan jam operasional yang berbeda untuk hari kerja (weekday) dan hari libur atau akhir pekan (weekend).

Berikut jam operasional Floating Market Lembang.

  • Senin-Jumat (Weekday): 09.00-18.00 WIB.
  • Sabtu-Minggu (Weekend): 08.00-19.00 WIB.
  • Harga Tiket Masuk Floating Market Lembang

Harga tiket masuk Floating Market Lembang mulai dari Rp35 ribu per orang. Harga tiket ini berlaku mulai dari anak berusia 2 tahun ke atas, sedangkan untuk anak di bawah 2 tahun tidak dikenakan harga tiket masuk.

Dengan membayar tiket masuk ini, pengunjung akan mendapat akses masuk ke slot bonus new member 100 di awal Floating Market, Rainbow Garden, dan minuman gratis. Namun, pengunjung yang ingin masuk ke beberapa wahana lain di Floating Market Lembang dapat membeli paket tiket masuk lain sebagai berikut.

  • Paket Rp50 Ribu: Termasuk welcome drink, Floating Market, Rainbow Garden, dan Kota Mini.
  • Paket Rp50 Ribu: Termasuk welcome drink, Floating Market, Rainbow Garden, dan Rainbow Slide.
  • Paket Rp60 Ribu: Termasuk Floating Market, Rainbow Garden, dan Swimming Pool.

Aktivitas di Floating Market Lembang

Seperti namanya, aktivitas utama Floating Market Lembang adalah menikmati suasana berjalan di sekeliling danau sambil menyantap kudapan yang dijajakan para pedagang di atas perahu apung.

Kulineran di pasar terapung

Pengunjung bisa membeli aneka kuliner atau camilan di pasar terapung. Ada beragam jajanan tradisional seperti batagor, rujak, tahu gejrot, ketan bakar, colenak, dan aneka camilan lainnya.

Belanja oleh-oleh

Bagi pengunjung yang ingin membawa buah tangan, ada beberapa pernak-pernik dan camilan yang bisa dibeli di Floating Market Lembang, seperti baju, tas, gelang, serta pernak-pernik Jepang.

Foto ala Jepang

Floating Market Lembang memiliki area bernuansa Jepang. Selain menikmati bangunan bergaya Jepang, wisatawan bisa berfoto menggunakan kimono khas Negeri Sakura.

Jalan-jalan

Pengunjung bisa berjalan-jalan santai di area Floating Market sembari menikmati udara Lembang yang sejuk, seperti dikutip dari Kompas.com (24/9/2018). Pengunjung bisa menyaksikan danau, taman, area bertema Jepang, dan sebagainya.

Selamat Ulang Tahun

Selamat Ulang Tahun ke-211, Garut!

Hari ini, Jumat 16 Februari 2024 adalah Hari Jadi Garut (HJG) yang ke-211. Selama 211 tahun eksis, banyak perkembangan di kota berjuluk Swiss van Java ini.

Setiap tahunnya, HJG diperingati dengan rangkaian kegiatan seremoni yang dipimpin Bupati Garut. Mulai dari berziarah ke makam-makam para bupati terdahulu, hingga upacara bendera dan pesta rakyat.

Tak mengherankan, jika setiap tahunnya HJG selalu dirayakan oleh masyarakat. Sebab, terlepas dari beragam potensi hingga permasalahannya, Garut selalu mendapatkan tempat di hari masyarakat.

Ngomong-ngomong soal Garut, Kabupaten yang satu ini, terbentuk pada 1811. Hadirnya Garut tak lepas dari pembubaran Kabupaten Limbangan, yang kala itu dilakukan pemerintah kolonial Belanda.

Dalam sebuah jurnal berjudul Sejarah Perkembangan Kabupaten Garut karya Farizal Hami dan Samsudin dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung dikatakan, pembubaran Limbangan didasari menurunnya produksi kopi Kabupaten Limbangan pada tahun tersebut.

“Pada akhir-akhir sebelum dipindahkan, produksi kopi yang ada di Limbangan menurun drastis hingga titik paling rendah. Dan bupati menolak menanam bila (indigo),” kata keduanya.

Dua tahun setelahnya, tepatnya pada 1813, Raffles yang kala itu menjabat Letnan Gubernur Belanda di Indonesia mengeluarkan surat keputusan pembentukan kembali Kabupaten Limbangan. Namun, dalam keputusannya, Raffles ingin memindahkan ibu kota dari yang tadinya di wilayah Utara, menuju kawasan Suci, yang kini masuk Kecamatan Karangpawitan.

Seketika saat itu, Bupati Limbangan Raden Adipati Aria (RAA) Adiwijaya kemudian langsung membentuk tim panitia, untuk mencari tempat yang pas untuk dijadikan lokasi ibu kota Kabupaten.

Bagian barat Suci, kemudian dipilih. Sebab, selain tanahnya yang dianggap subur, anggota panitia bersepakat menetapkan tempat ini jadi ibu kota karena memiliki mata air langsung dari Sungai Cimanuk.

Tempat ini juga, terlihat sangat indah karena dikelilingi Gunung Guntur, Papandayan dan Cikuray https://www.stealth-energy.com/. Di momen itu juga, dipercaya panitia menemukan sebuah mata air berupa telaga kecil, yang tertutup semak belukar.

Dikutip dari laman resmi Pemkab Garut, garutkab.go.id, saat itu kabarnya ada seorang anggota panitia yang ‘kakarut’ atau tergores tanaman berduri.

Kejadian ini dilihat oleh seorang dari Eropa yang ikut dalam rombongan panitia. Orang ini lantas bertanya kenapa sang anggota panitia terluka di bagian tangan. Setelah dijelaskan panitia tersebut ‘kakarut’, rupanya sang Meneer berupaya menirukan perkataan tersebut.

“Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata ‘kakarut’ dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi ‘Gagarut’,” katanya.

Dari situlah, konon kabarnya nama Garut kemudian populer hingga dijadikan nama yang menggantikan Kabupaten Limbangan. Sebab, setelah momen itu, panitia menamai pohon berduri yang menggores lengan rekannya dengan nama ‘Ki Garut’.

Sedangkan sumber mata air yang juga ditemukan di dekat lokasi tadi, dinamai ‘Ci Garut’ dan akhirnya, daerah itu dinamai Garut.

Asal-usul Garut ini, diyakini ada di kawasan Sumbersari. Mata air ‘Ci Garut’, sekarang ada di dalam kompleks SMPN 4 Garut. Nama Garut, kemudian disetujui oleh Bupati RAA Adiwijaya, untuk menjadi ibu kota Kabupaten Limbangan.

Berdasarkan SK Gubernur Jenderal Nomor 60 tertanggal 7 Mei 1813, nama Kabupaten Limbangan kemudian diganti menjadi Kabupaten Garut, dengan ibu kota di Garut, terhitung mulai 1 Juli 1813.

Selanjutnya, pada 15 September 1813, di bawah kepemimpinan Bupati RAA Wiratanudatar dilaksanakan acara peletakan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibu kota. Meliputi pendopo, alun-alun, penjara, babancong, hingga masjid agung.

“Kota Garut saat itu meliputi tiga desa. Yakni Kota Kulon, Kota Wetan dan Margawati. Sementara Kabupaten Garut meliputi distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Leles, Tarogong, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk,” katanya.

14 Agustus 1925, Kabupaten Garut kemudian disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri, atau otonom. Kala itu Garut dipimpin Bupati RAA Soeria Kartalegawa.

“Garut dianggap sebagai jantungnya Priangan, sebelum Bandung populer. Penjelajah Belanda menganggap bahwa Garut memiliki keindahan geografis dan perkebunan yang memikat juga menjadi magnet bagi pengunjung dari mancanegara,” kata Sejarawan Garut, Warjita.

Dengan segudang potensi yang dimiliki, Garut kemudian melejit menjadi kota yang terkenal dan menjadi destinasi para pelancong. Bukan sekadar pelancong, mulai dari Charlie Chaplin, Archduke Franz Ferdinand, hingga Tsar Nicholas II dan Presiden Soekarno berulang kali datang ke sini.

Atas keindahannya itu pula, Garut juga mendapatkan julukan Swiss van Java yang kira-kira berarti ‘Swiss-nya Jawa’, hingga Mooi Garoet (Garut Indah) yang konon disematkan oleh para pelancong yang datang.

Terkait tanggal lahir Garut sendiri, diketahui ada beragam versi yang berbeda, yang menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Namun, berdasarkan Perda Kabupaten Garut Nomor 30 tahun 2011 tentang Hari Jadi Garut, dinyatakan bahwa Hari Jadi Garut diperingati setiap tanggal 16 Februari setiap tahunnya.

Contoh Aplikasi Pengolah Kata

5 Tempat Wisata di Jawa Barat Paling Terbaik

5 Tempat Wisata – Ingin menghabiskan waktu hari libur bersama keluarga? Pergi berlibur ke Jawa Barat bisa jadi pilihan. Daerah Jawa Barat menjadi salah satu tempat yang terkenal dengan keindahan alamnya. Sehingga banyak tempat wisata di daerah ini yang menjadi incaran para wisatawan. Berikut 5 rekomendasi tempat wisata di Jawa Barat terbaik:

Jawa Barat punya banyak pilihan tempat wisata yang terbaik. Menyuguhkan pemandangan yang indah, udara sejuk, dan kaya wahana bermain membuat pergi wisata ke Tanah Sunda jadi pilihan yang tepat. Dikutip dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, berikut destinasi yang bisa dikunjungi:

1. Masjid Kubah Emas Kota Depok

Tempat ibadah umat Islam ini, menjadi salah satu ikon wisata yang indah dan banyak dikunjungi di Kota Depok. Masjid ini mampu menampung sekitar kurang lebih 20.000 jamaah dengan luas 8.000 meter persegi. Kawasan sekitar masjid seringkali disebut sebagai kawasan masjid termegah di Asia Tenggara.

Selain pengunjung dapat beribadah dan memuja kebesaran-Nya, mereka juga bisa mengabadikan momen dengan berswafoto di halaman Masjid Kubah Emas. Masjid buatan Hj. Dian Djuriah Maimun Al-Rasyid ini merepresentasikan bangunan megah di dalam masjid sebagai bukti kebesaran Allah SWT.

2. Pantai Batu Karas

Mengunjungi Pangandaran, wisatawan bisa menikmati keindahan pantai sambil berenang, surfing, ataupun wisata kuliner di Pantai Batu Karas. Pantai ini terbilang masih cukup sepi, sehingga nyaman untuk dikunjungi.

Pantai Batu Karas terkenal dengan ombak yang cukup besar, sehingga tak heran jika pantai ini banyak direkomendasikan komunitas peselancar ombak sebagai arena berselancar yang nyaman jika ingin berwisata di Jawa Barat.

3. Gua Sunyaragi

Kota Cirebon memiliki salah satu tempat wisata di Jawa Barat yang cukup legendaris. Gua Sunyaragi atau Taman Sari Sunyaragi merupakan sebuah situs bersejarah. Dahulu, Para Sultan menggunakan tempat ini sebagai tempat bermeditasi bagi para anggota kerajaan Keraton Kasepuhan Cirebon serta mengatur taktik perlawanan kepada para penjajah Belanda.

Baca Juga : Ini 5 Potret Villa Soekarno yang Kini Terbengkalai dan Angker

Di dalam kompleksnya terdapat kolam air yang berfungsi sebagai pendingin ruangan dalam gua. Dalam komplek Gua Sunyaragi tidak terdapat bangunan masjid, melainkan hanya ada kamar-kamar mirip ruangan bawah tanah yang merupakan tempat ibadah dengan ukuran ruangan yang kecil.

Selain menyimpan sejarah, mitos terucap dari mulut ke mulut terkait Gua ini. Salah satu mitosnya yakni konon jika seorang gadis menyentuh Patung Perawan Sunti, maka ia akan sulit mendapatkan jodoh.

4. Situs Megalitikum Gunung Padang

Tak hanya sejarah dan keindahan alam, Jawa Barat juga menyimpan banyak keajaiban. Salah satunya Situs Megalitikum Gunung Padang yang ditemukan pada tahun 1914. Bahkan oleh beberapa sejarawan menyebutkan gunung ini sebagai situs tertua di dunia mengalahkan Piramida Gaza di Mesir.

Dengan kapasitas kurang lebih 9.000 orang, kompleks utamanya memiliki luas 900 m². Fungsi situs ini sebelum menjadi tempat wisata, diperkirakan menjadi tempat pemujaan bagi masyarakat setempat pada tahun sekitar 2000 SM.

5. Curug Cikondang

Tak terhitung ada berapa banyak destinasi wisata air di Tanah Sunda, dan kali ini salah satu air terjun yang sangat mengagumkan berada di Kabupaten Cianjur. Menjajakan panorama menakjubkan dari niagara mini versi bumi Parahyangan, Curug Cikondang jadi salah satu primadona di Jawa Barat.

Curug Cikondang punya julukan Niagara Mini, ini muncul karena sekilas, air terjun ini mirip dengan air terjun raksasa Niagara di Amerika Utara. Bentuknya melebar sepanjang 30 meter dengan tinggi 50 meter. Keunikan air terjun ini terdapat pada ciri khas adanya beberapa air terjun kecil sehingga menambah keindahan panorama.

Melihat Pluralisme

Melihat Pluralisme di Karawang dari Dulu hingga Sekarang

Melihat Pluralisme – Tak hanya di kenal sebagai lumbung padi sejak dahulu, Karawang juga di kenal sebagai daerah paling toleran bagi umat beragama dari berbagai etnis selama berabad-abad.

Dalam perayaan imlek kali ini, gmfkppijabar.com berkesempatan mewawancarai salah satu tokoh Buddha sekaligus aktivis pluralisme nasional dari Karawang, Nyana Wangsa. Ia kini menjabat sebagai Ketua Pembina Yayasan Dharma Prasada Mahametha.

“Kalau berbicara Karawang ini merupakan tempat tinggal yang nyaman dari kalangan umat beragama sejak dahulu yah. Bahkan juga berperan penting dalam perisiwata kemerdekaan Indonesia,” ujar Nyana Wangsa saat di temui di Klenteng Bio Kwan Tee Koen, Jalan Tuparev, Kabupaten Karawangan.

Nyana menuturkan, pada masa Orde Baru indeks kerukunan beragama di Karawang merupakan yang tertinggi di Indonesia, bahkan hingga kini masih terhitung yang paling tinggi.

“Tahun 1984 sampai 1998 saya kebetulan ketua Bakom PKB (Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa) religiosity index (indeks kerukunan beragama) waktu itu mencapai 92 persen, bahkan pada saat kerusuhan tahun 1998 di setiap daerah terjadi penjaran, Karawang ini tidak. Jadi, dari Cirebon ke Indramayu, ke Cikarang itu ada kerusuhan, tapi Karawang ini nggak terpengaruh tetap aman,” ungkapnya.

Baca juga: Tempat Wisata Horor di Jawa Barat yang Bikin Merinding

Hal itu, juga menunjukkan bahwa, toleransi dan pluralisme di Karawang sangat melekat sejak zaman dahulu, bahkan kata Nyana, jiwa sosial antarumat beragama juga sangat terasa jika ada kegiatan keagamaan di Karawang.

“Kita di Kelenteng ini, sering juga bulan puasa gelar buka bersama bagi-bagi takjil. Bahkan kawan-kawan umat kristen protestan dan katolik juga tahu kalau mereka merayakan Natal, Misa. Kita sering terlibat ikut mempersiapkan utamanya kalau umat kristen itu tetangga kita. Ini pemandangan yang cukup biasa dan sangat di lestarikan di Karawang,” paparnya.

Bahkan hingga saat ini, Nyana memang masih berperan dalam forum kerukunan umat beragama di kancah nasional juga mengungkapkan. Religiosity index di Karawang masih yang tertinggi sebab kesetaraan. Toleransi dan kerja sama antar umat beragama masih berjalan.

“Saat ini juga sama, religiosity index di Karawang masih mencapai 85 persen. Karena indikatornya masih di lestarikan, seperti toleransi, kesetaraan, toleransi, kesetaraan. Kerja sama itu masih bisa kita rasakan juga sampai dengan sekarang,” pungkasnya.

Ini 5 Potret Villa

Ini 5 Potret Villa Soekarno yang Kini Terbengkalai dan Angker

Ini 5 Potret Villa – Kamu pernah melihat sebuah tangga panjang menuju bukit di kawasan Puncak Bogor? Ternyata, tangga ini merupakan akses menuju villa Soekarno, lo. Bangunan yang dahulu mewah ini kini terlihat menyedihkan dan berantakan!

Rumah peristirahatan ini berlokasi di kawasan Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor.

Posisinya tepat di atas bukit, sehingga pemiliknya memiliki akses yang leluasa untuk melihat pemandangan.

Pada masanya, Bung Karno konon kerap datang ke sana dengan menggunakan helikopter.

“Ia Pak Karno suka ke sini, terus parkir helikopter di sini (rest area), vilanya itu sebelah atas,” kata warga setempat, dilansir dari saba sport, Rabu (6/4/2022).

Lantas, seperti apakah penampakan villa Soekarno ini sekarang?

Yuk, intip potretnya dalam artikel berikut ini.

1. Tangga Panjang Menuju Villa Soekarno

Memiliki kemiringan 45 derajat, tangga ini terhubung dengan jembatan sepanjang 4 meter.

Lalu, di salah satu sisi jembatan terpasang sebuah tulisan bernama “Riung Gunung”.

Dilihat dari bawah, setelah jembatan berakhir kamu akan masuk ke dalam rimbun pepohonan.

Padahal, di baliknya ada anak tangga lagi yang mengarah ke sebuah bangunan lama berupa villa.

Baca Juga : Tempat Wisata Horor di Jawa Barat yang Bikin Merinding

2. Bangunan ala Belanda yang Terbengkalai

Tampilan bangunan ini sederhana dengan arsitektur ala Belanda.

Warna utama eksteriornya adalah putih bersih, tetapi kini tampilannya sudah kusam akibat terpaan cuaca.

Secara struktur, bangunan ini sebenarnya terlihat masih kokoh, hanya saja area sekelilingnya tampak berantakan.

Oleh sebab itu, kesan terbengkalai dan angker terpancar dengan kuat dari villa.

3. Eksterior Villa Soekarno yang Kotor dan Berjamur

Apabila kamu dekati, terlihat dinding eksteriornya sudah kotor dan berjamur di sana-sini.

Jalan setapak menuju villa pun terasa licin akibat lumut yang dibiarkan tumbuh.

Padahal, menurut warga sekitar bangunan ini masih ada pemiliknya.

4. Atap Penuh Lumut

Tidak hanya dinding, bagian atap rumah pun terlihat menyedihkan.

Meski tidak ada bagian yang terlihat jebol, permukaan atap rumah penuh dengan lumut.

Salah satu bagian vila yang tertutup lumut paling banyak berada di belakang bangunan yang menempel dengan punggung bukit.

5. Potret Masa Kejayaan Villa Soekarno

Padahal di masa kejayaannya, bangunan ini terlihat sangat nyaman dan mewah.

Ruang terbuka hijau di sekitarnya terawat dengan baik, sehingga pandangan penghuni ke bawah tidak terhalang.

Tidak hanya itu, kondisi jembatan put masih bagus dan bersih, tidak penuh dengan lumut maupun karat.

Jika di lihat dari jauh, desain bangunan vila klasik ini tidak jauh dari konsep rumah Soekarno di Bandung.

Rumah di Bawah Tanah

Rumah di Bawah Tanah Punya Warga Garut Ini Viral

Rumah di Bawah Tanah – Konsep rumah di bawah tanah ala warga di kaki gunung Ringgeung, Kutanegara, Garut viral di media sosial. Menjadi sorotan usai di unggah di akun TikTok.

Rumah di bawah tanah yang berada di Garut ini viral bikin penasaran netizen. Bagian rumah ada yang terlihat gelap karena tidak ada cahaya matahari.

Rumah bawah tanah tersebut mulai viral berawal dari postingan akun TikTok. Yang mengatakan ada jalur air sehingga rumahnya tidak banjir.

“Serius rumah di bawah tanah? Kalau mendung atau hujan gimana ya?” ucap akun TikTok

Dalam video terlihat saat masuk ke dalam pintu rumah, terdapat ruangan untuk parkir motor. Kemudian ada tangga menuju lantai bawah dengan kondisi rumah terlihat gelap.

“Baru masuk ruangan parkir aja udah gelap. Apalagi ruangan tamunya satu-satunya bagian rumah yang beneran di bawah tanah. Makanya gak ada jendela dan minim cahaya,” ujarnya.

Begitu masuk ke ruangan tengah, terlihat ada cahaya karena tidak seluruh ruangan berada di dalam tanah. Ada ruangan lagi di lantai bawah rumah yang berfungsi sebagai dapur.

“Selanjutnya kita ke lantai bawah lagi ya. Bagian bawah sudah di nyalain lampunya karena kalau gelap lumayan agak seram. Di sini masih ada cahaya tapi sedikit karena jendela tapi masih kehalang rumah warga. Ada juga dapur tradisional dan jendelanya gede banget jadi terang,” sebutnya

Saat di konfirmasi gmfkppijabar menghubungi pemilik akun TikTok yang mengaku bernama Sri Kartikalana atau akrab di sapa Ika. Wanita yang berusia 27 tahun ini langsung menceritakan di balik video TikToknya yang viral.

Baca juga: https://gmfkppijabar.com/5-wisata-jawa-barat-populer-bagi-wisatawan/

“Jadi aku kan sering buat konten tentang rumah, kebetulan banyak yang nanya ‘kalau mendung atau hujan gimana? Pasti banjir kan di bawah’, akhirnya aku buatlah video tersebut untuk menjawabnya,” kata ika kepada gmfkppijabar lewat pesan singkat.

Wanita yang berusia 27 tahun itu menuturkan rumahnya dari pintu utama seperti di bawah tanah karena bagian atas ruangannya kecil. Ruangan tersebut hanya untuk menyimpan motor.

“Sedangkan bangunan yang lain ada di abwah makanya tampak seperti rumah bawah tanah. Tapi sebenarnya rumahnya di bangun di lahan yang nggak rata, kontur tanahnya mirip tangga menurun. Di setiap anak tangganya ada bangunan. Jadi banyak tembok rumah yang nempel ke tanah,” jelasnya.

Rumah ika terletak di kaki Gunung RInggeung, Garut, Jawa Barat. Dia menuturkan model rumah seperti tempat tinggalnya sebenarnya sudah banyak di daerah pegunungan.

“Perawatan khusus sih nggak ada ya. Sama seperti rumah pada umumnya karena nggak ada rembesan air yang masuk ke tembok soalnya dulu saat di bangun di lapisi plastik terlebih dahulu,” ungkap ika.

Ika juga menyebutkan di kawasan rumahnya belum pernah mengalami longsor. Menurutnya tanah di sekitar rumahnya sudah padat.

“Kalau longsor nggak ada, mungkin tanah di sini sudah padat karena pemukiman warga. Kalau gempa justru di rumah ini jarang terasa. Sering banget nggak tahu ada gempa. Tahu-tahu orang pada heboh bilang ada gempa,” pungkasnya.

Reaksi Warganet

Unggahan rumah bawah tanah ini langsung viral dan sudah di tonton lebih dari 19,6 juta views. Warganet yang membanjiri kolom komentas penasaran bagaimana jika terjadi gempa atau tanah longsor serta pengap atau tidaknya rumah tersebut.

“Apa ga pengap ga ada jendelanya gitu?” tanya akun kepo lu.

“Di bawah tanah ada jendela???? ada cahaya???? HAHH gimana bawah tanaha da cahaya,” timpal akun can.

“Kalo gempa gimana kak,” penasaran akun khairil riansah.

Melalui kolom komentas, akun tiktok menjawab rasa penasaran warganet tentang rumah miliknya.

“Rumahnya di bangun di tanah yang gak rata, berundak undak kaya tangga. Cuma sebagian yang masuk ke tanah alias yang menempel ke tanah, nyatanya bangunannya di bangun di lahan yang tidak rata,” jelas akun TikTok.

“Rumahnya belum beres renovasi. Sejauh sih malah jarang berasa, cuma kalau sekiranya gempanya gede kita tinggal keluar lewat pintu yang ada di tiap lantai,” jawabnya lagi.

Alasan Kamu Harus Kuliah di Bandung

Alasan Kamu Harus Kuliah di Bandung

Alasan Kamu Harus Kuliah di Bandung, kota metropolitan yang terletak di Jawa Barat. Telah lama menjadi tujuan favorit bagi para calon mahasiswa yang mencari pendidikan berkualitas tinggi dan pengalaman belajar yang unik. Dengan reputasinya yang menonjol dalam hal pendidikan, Bandung terus menarik perhatian ribuan mahasiswa setiap tahunnya. Apa yang membuat Bandung menjadi pilihan yang menarik untuk melanjutkan pendidikan? Mari kita jelajahi beberapa alasan mengapa kuliah di Bandung begitu populer berdasarkan hasil diskusi dengan Jack Febrian Rusdi, salah seorang dosen di Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB).

1. Kualitas Pendidikan yang Terkenal

Salah satu alasan utama mengapa Bandung menjadi destinasi kuliah yang di inginkan adalah kualitas pendidikan yang terkenal di sana. Kota ini memiliki beberapa universitas terkemuka di Indonesia, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (UNPAD), dan Universitas Telkom (Tel-U). Di samping itu termasuk dengan berbagai kelebihan mereka masing-masing. Universitas-universitas ini umumnya berkomitmen untuk menyediakan pendidikan berkualitas tinggi dan melahirkan lulusan-lulusan yang kompeten di berbagai bidang. Program-program akademik yang di tawarkan mencakup ilmu teknik, sains, seni, dan desain, bisnis, kesehatan, dan banyak lagi. Para dosen yang berkualitas dan berpengalaman di sini siap untuk membimbing mahasiswa dalam mencapai potensi penuh mereka.

2. Lingkungan Akademik yang Hidup

Bandung juga di kenal dengan atmosfer akademiknya yang hidup. Di kota ini, terdapat banyak kegiatan akademik yang di adakan secara rutin, seperti seminar, konferensi, dan diskusi ilmiah. Mahasiswa di Bandung memiliki kesempatan untuk terlibat dalam komunitas akademik yang aktif, bertukar ide dengan rekan-rekan sejawat, dan memperluas jaringan mereka. Semangat dan dedikasi untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sangat terasa di kota ini, menciptakan lingkungan yang inspiratif bagi para mahasiswa.

Baca juga : https://gmfkppijabar.com/tugu-juang-siliwangi-yang-terlupakan-di-bandung-selatan/

3. Kampus dengan Berbagai Macam Kelebihan

Kampus-kampus di Bandung juga menawarkan fasilitas dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar. Terdapat laboratorium-laboratorium yang lengkap dengan peralatan yang di perlukan untuk pembelajaran, termasuk perpustakaan yang kaya akan koleksi literatur dan sumber daya informasi, serta ruang kuliah yang nyaman. Termasuk berbagai alternatif pilihan baik dalam bentuk lokasi, pembiayaan, dan fasilitas.

4. Keberagaman Budaya dan Seni yang Menginspirasi

Selain sebagai pusat pendidikan, Bandung juga di kenal dengan keberagaman budaya dan seni yang kaya. Kota ini menjadi tempat di mana tradisi dan modernitas bertemu, menciptakan suasana yang unik dan menginspirasi. Bandung sering menjadi tuan rumah festival musik, pameran seni, pertunjukan teater, dan acara budaya lainnya. Mahasiswa di Bandung dapat menggabungkan pendidikan akademik mereka dengan kegiatan budaya dan seni yang memperkaya pengalaman mereka di luar kelas.

5. Kehidupan Kota yang Dinamis dan Kreatif

Tak hanya kehidupan akademiknya yang hidup, Bandung juga menawarkan kehidupan kota yang dinamis dan kreatif. Kota ini di kenal dengan fashion, desain dan industri kreatifnya. Terdapat banyak pusat perbelanjaan, restoran, kafe, dan tempat-tempat nongkrong yang menarik di Bandung. Mahasiswa dapat menikmati suasana kota yang energik, menjelajahi tempat-tempat menarik, dan terlibat dalam komunitas kreatif yang bersemangat. Selain itu, Bandung juga terkenal dengan panorama alamnya yang indah, seperti pegunungan, air terjun, dan pemandangan yang spektakuler.

Dengan kualitas pendidikan yang terkenal, lingkungan akademik yang hidup, fasilitas modern, keberagaman budaya, serta kehidupan kota yang dinamis dan kreatif, Bandung telah menjelma menjadi destinasi kuliah yang menarik. “Bagi mereka yang mencari pengalaman pendidikan yang berbeda dan inspiratif, kuliah di Bandung dapat menjadi pilihan,” ungkap Jack.

Tugu Juang Siliwangi

Tugu Juang Siliwangi yang Terlupakan di Bandung Selatan

Tugu Juang Siliwangi, Saksi bisu perjuangan masyarakat Bandung Selatan kini terlantar di tengah hiruk-pikuknya kehidupan masyarakat Bandung Selatan. Saksi bisu tersebut adalah Tugu Juang Siliwangi, Baleendah, Kabupaten Bandung.

Monumen ini di resmikan Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi dan Letnan Jenderal TNI Raden Himawan Soetanto pada 20 Mei 1975. Bangunan yang di dirikan bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional itu, di buat untuk mengenang para pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Namun saat ini, banyak sampah di area sekitar, coret-coretan di dinding monumen, tingginya semak belukar yang menutupi monumen, hingga oknum-oknum yang sering menaiki area patung pejuang.

Baca berita jawa barat lainnya hanya di https://gmfkppijabar.com/

Bangunan setinggi 20 meter ini, mempunyai simbol kujang di atasnya. Menurut budaya Indonesia, kujang merupakan senjata tradisional masyarakat Jawa Barat (Sunda) yang memiliki nilai sakral serta mempunyai kekuatan magis. Dalam hal ini, Tugu Juang Siliwangi mempunyai nilai sakral akan peristiwa pada saat itu.

Di bawah menjulangnya tugu ini, terdapat lima patung tanpa identitas yang mengenakan pakaian pejuang. Kelima patung tersebut menghadap ke Jalan Dipatiukur dan di salah satu patungnya menunjuk ke arah Dayeuhkolot. Hal tersebut di duga isyarat bahwa terdapat Tugu Toha yang berkaitan dengan Tugu Juang Siliwangi. Lokasinya berada di ujung jalan kawasan Dayeuhkolot, tepatnya di sebelah markas Zeni Tempur (Zipur) 3/Yudha Wyogrha.

Kondisi Terkini

Kini kondisi kelima patung tersebut memprihatinkan, terdapat bagian-bagian patung yang hilang, seperti tangan dan kepala patung yang tidak sempurna. Tugu juga di kelilingi semak belukar, sampah yang berserakan, cat yang sudah memudar, serta air kolam yang sudah menguning.

“Tugu ini juga tidak ada yang menjaga, sehingga orang bisa keluar masuk dengan bebas, sampai-sampai banyak di jadikan tempat yang tidak-tidak,” ujar Elsa (21), warga setempat saat di wawancara.

Monumen ini di sokong oleh delapan pilar yang memiliki relief tentang cerita para pejuang yang bertarung melawan penjajah. Namun, terdapat coretan-coretan yang menghiasi pilar tersebut.

Di tengah pilar tersebut terdapat prasasti yang bertuliskan “Demi untuk mengenang dan menghargai perjuangan 45 serta mewarisi nilai-nilai 45 kepada generasi penerus guna menjiwai perjuangan mencapai tujuan bangsa. Maka di bangunlah Monumen Perjuangan 45 ini, Bale Endah 1974”.

Monumen ini mengalami banyak perubahan dari bentuk aslinya. Namun hal tersebut tetap di sayangkan oleh para warga lokal dan saksi sejarah karena pemugaran mengurangi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

“Kondisi Tugu Juang Siliwangi banyak mengalami perubahan setelah di pugar, di bilang bagus tidak, tapi tidak enak di lihat, mendingan di tahun 1970, tugunya masih asli dan kental akan perjuangan di zaman dahulu,” Ujar Hari, saksi sejarah Tugu Juang Siliwangi yang lahir dari keluarga pejuang di zaman dahulu dalam wawancara.

Hari juga menjelaskan bahwa tugu perjuangan ini merupakan napak tilas para pejuang zaman dahulu saat terjadi ledakan di Gudang Mesiu yang berlari ke gunung untuk bertahan hidup.

Kurangnya Kesadaran Masyarakat Setempat

Hari sendiri mengesalkan Tugu Juang Siliwangi ini kurang di pelihara oleh masyarakat setempat. “Apalah daya di bangunnya tugu, jika tidak di pelihara baik. Tidak sampai arti – arti perjuangan di dalamnya,” kata Hari.

Keprihatinan juga di sampaikan Feryono (54), warga setempat yang lahir dan besar di Baleendah. “Tugu itu kan ikon, harusnya pembangunan di buat seindah mungkin. Mulai dari penerangan, di buat taman indah di belakangnya, agar orang tahu bahwa ini adalah tugu perjuangan. Seringkali ada yang COD-an bertanya dimana Tugu Juang, padahal mereka sedang menginjakkan kaki di Tugu Juang, miris sekali,” Ujar Feryono (54) dalam wawancara.

Menurut Feryono, ketidaktahuan tersebut di karenakan bangunan Tugu Juang Siliwangi tidak di buat semegah mungkin, sehingga generasi muda tidak tahu sejarah di baliknya.

Generasi mudah seringkali di kritik karena kurang mengenal dan menghargai sejarah. Mereka hidup di era informasi yang cepat dan cenderung fokus pada hal-hal yang bersifat instan dan sementara. Dalam dunia yang penuh dengan teknologi dan hiburan, sejarah sering kali di abaikan atau di anggap tidak relevan.

Menurut Elsa (21), selaku warga setempat yang tinggal di sekitar Tugu Juang Siliwangi, merakan keprihatinan monumen perjuangan tersebut yang sudah tidak terawat. “Saya tidak banyak mengetahui mengenai sejarah di balik di bangunnya Tugu Juang Siliwangi, tetapi saya melihat tugu tersebut banyak sampah, di tempati gelandangan, dan sesekali ramai di hari Minggu karena ada Pasar Minggu,” tuturnya.

Kilas Balik Tugu Juang Siliwangi

Di urutkan sejarahnya, adanya Tugu Juang Siliwangi berhubungan dengan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api. Menurut pengamat sejarah, Drs. Andi Suwirta, M.Hum. Menurutkan bahwa pada masa revolusi, musuh Indonesia bukan hanya Belanda, tetapi tentara sekutu dari negara Inggris.

Tentara sekutu menduduki kota-kota besar di Indonesia, salah satunya Kota Bandung. Pada masa itu, kebijakan politik pemerintah pusat mengharuskan Kota Bandung untuk melakukan diplomasi dengan sekutu, dengan membantu tugas tentara sekutu untuk mengembalikan tentara Jepang yang kalah perang ke negaranya.

“Pada saat itu, tentara sekutu mengatakan bahwa mereka mendapatkan gangguan dari laskar-laskar, dari kekuatan-kekuatan yang nampaknya ingin mengajak perang. Karena itu, Bandung harus di kosongkan dari laskar-laskar atau para pemuda ekstrimis supaya mereka mau menyingkir ke luar Kota Bandung. Supaya Bandung menjadi kota yang aman karena tentara sekutu mau memulangkan tentara Jepang,” kata Drs. Andi Suwirta, M.Hum., dalam wawancaranya.

Andi Suwirta menjelaskan bahwa laskar-laskar, pemuda-pemuda dan tetara menolak kebijakan mengosongkan dan menyerahkan Bandung secara mentah-mentah kepada tentara sekutu. Sehingga di bakarlah Bandung yang mana hal tersebut di kenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api.

Peristiwa Agresi Militer I

“Dalam konteks ini, karena berpindahnya ke Bandung Selatan, maka di situlah Tentara Siliwangi dan kekuatan-kekuatan lain bermarkas atau mendirikan Tugu Juang Siliwangi. Tidak selesai di situ, pada bulan juli 1947 Jawa Barat di serbu kembali oleh tentara Belanda yang di sebut Agresi Militer I. Karena tentara kita tidak mampu mempertahankan, akhirnya setelah terjadi Perundingan Renville. Tentara kita harus hijrah atau pindah ke Yogyakarta yang di tempatkan di Solo,” Jelas Andi Suwirta.

Melihat kondisinya yang sekarang, arti perjuangan yang tecermin dalam monumen tersebut kian memudar, Andi menekankan bahwa hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan tentara Siliwangi itu sendiri untuk memugar, memelihara, dan merawat tugu tersebut.

“Tidak hanya membangun Tugu Juang, tetapi bagaimana Tugu Juang Siliwangi dapat menarik bagi generasi muda. Harus di padukan antara peninggalan-peninggalannya dengan daya tarik yang benar-benar dan dapat mendekatkan wawasan perjuangan tentara Siliwangi di masa kemerdekaan, tetapi juga di padukan dengan unsur lain, seperti hiburan, kuliner, dan pariwisata,” tegas Andi Suwirta.