Jawa Barat kaya dengan berbagai keseniannya. Begitu juga dengan alat musik khas Jabar yang punya karakteristik unik dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Beberapa alat musik Jawa Barat ini bahkan sudah mendunia. Dikenal di berbagai negara hingga sudah terdaftar sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini daftar alat musik khas Jabar:
1. Angklung
Alat musik ini terbuat dari bilah-bilah oldschoolpizzabrentwood bambu yang disusun dimana ketika digetarkan atau digoyangkan menghasilkan bunyi yang begitu merdu dan khas. Untuk menciptakan harmoni yang indah, dibutuhkan sejumlah orang untuk memainkan angklung ini. Karena satu angklung mewakili satu tangga nada.
Pada 2011, alat musik angklung juga masuk di Guiness Book of World Record dengan catatan rekor dunia dari keharmonisan alat musik angklung. Prestasi dunia ini melibatkan kurang lebih lima ribu partisipan dari berbagai bangsa di dunia yang memainkan angklung bersama di Washington, Amerika Serikat. Mereka membawakan lagu We Are The World oleh Michael Jackson. Keberhasilan tersebut digawangi oleh seorang maestro angklung bernama Daeng Udjo dari Sanggar Seni Saung Mang Udjo di Bandung.
2. Calung
Sama-sama terbuat dari bambu, alat musik calung. Bedanya yakni dari cara memainkannya. Cara menabuh calung yaitu dengan memukul-mukul batang dari ruas-ruas atau tabung bambu yang tersusun.
Awalnya alat musik calung ini merupakan seni kalangenan (bersifat hobi), namun pada perkembangannya Calung telah menjadi seni pertunjukkan yang populer.
Dalam seni pertunjukan, jenis Calung yang sering digunakan adalah Jingjing. Calung Jingjing merupakan bentuk perkembangan dari Calung Rantay dan Calung Gambang yang dikembangkan secara kreatif oleh Ekik Barkah, Parmas dkk, aktifis Departemen Kesenian UNPAD Bandung, tahun 1960.
Perkembangan Calung bukan saja pada bentuk waditranya, namun penampilannya pun telah berkembang menjadi seni pertunjukan yang bersifat tontonan atau hiburan. Bentuk seni pertunjukan Calung yang populer dewas ini telah dilengkapi dengan vokal/lagu, dialog-dialog humor, gerak-gerak lucu dan lawakan-lawakan yang mengundang gelak tawa para penontonnya.
3. Gembyung
Gembyung merupakan alat musik perkusi yang terbuat dari kulit dan kayu. Berdasarkan onomatopea (kata mengikuti bunyi), kata gembyung berasal dari bunyi pola tabuh gem (ditabuh dan ditahan) dan byung (ditabuh dan dilepas).
Lagu yang dibawakan biasanya berbahasa Sunda buhun. Beberapa judul lagu di antaranya: Assalamualaikum, Yar Bismillah, Salawat Nabi, Salawat Badar, Raja Sirai, Siuh, Rincik Manik, dan Éngko. Lantunan musik dan lagu dalam seni gembyung menjadi pedoman bagi para penari dengan melakukan gerak tari yang tidak berpola dengan iringan yang dinamis.
Gembyung merupakan salah satu seni musik tradisional yang persebarannya meliputi Cirebon, Kuningan, Majalengka, Subang, Sumedang, Ciamis dan Garut.
4. Tarawangsa
Bentuk alat musik Tarawangsa ini sangat berbeda dengan alat musik gesek lainnya, seperti rebab. Resonator tarawangsa terbuat dari kayu berleher panjang dengan jumlah dawai antara 2 sampai 3 utas.
Pertunjukan tarawangsa di setiap wilayah memiliki perbedaan bentuk dan struktur. Pertunjukan tarawangsa di wilayah Rancakalong, pertunjukannya tidak dilengkapi oleh vokal, hanya dua instrumen saja, yaitu jentreng dan tarawangsa, sedangkan seni tarawangsa di wilayah Cibalong Tasikmalaya, dipengkapi dengan instrumen lainnya, seperti calung rantay.
5. Jentreng
Adalah sejenis alat musik kecapi dengan jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan kecapi. Alat musik ini terbuat dari kayu nangka.
6. Suling
Alat musik tiup yang terbuat dari bambu ini bisa dimainkan secara solo atau bersama-sama dengan alat musik lainnya. Suara suling bambu memiliki bunyi yang khas dibandingkan seruling yang terbuat dari playsik atau besi.
7. Karinding
Karinding adalah alat musik yang terbuat dari pelepah daun enau atau bilahan bambu kecil. Cara menghasilkan bunyinya yakni dengan memanfaatkan resonator rongga mulut untuk menghasilkan bunyi dengung. Saat dimainkan ujung bilah bambu disentil, dijentikkan, atau dipukul-pukulkan secara berulang menggunakan jari, sehingga menimbulkan gema yang berpadu dengan suara dengungan.
Awalnya karinding dimainkan untuk mengusir rasa sepi dan kebosanan para petani saat menjaga ladang di hutan, dari serangga atau burung-burung pemakan tanaman. Bunyi khas karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang mampu membuat hama menjauhi ladang.